Tensi politik di Jakarta memanas jelang pelaksanaan pemilihan kepada daerah (Pilkada) yang akan berlangsung pada tahun 2017. Perang kata-kata antar calon gubernur setiap hari menghiasi media nasional. Di balik semua itu, ada satu perdebatan unik yang turut melibatkan Google sebagai mesin pencari.
Baru-baru ini, cagub yang diusung oleh Partai Gerindra dan PKS Anies Baswedan membuat pernyataan bahwa sungai bersih dari Jakarta diinisiasi oleh Fauzi Bowo alias Foke. Sedangkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hanya meneruskannya saja. Sekilas, Anies berkesan ingin membalikkan opini publik yang selama ini menganggap
sungai bersih karena Ahok.
Pernyataan tersebut mendapat perhatian luas dari masyarakat. Pasalnya, belakangan ini foto-foto sungai bersih banyak beredar di media sosial. Usut punya usut, pemerintah provinsi DKI Jakarta yang digawangi Ahok memang gencar melakukan pembersihan sungai.
Bukan cuma, sungai-sungai besar macam Ciliwung, selokan dan parit-parit di jalan-jalan kecil juga tidak luput dari perhatian Ahok. Tim oranye jadi sorotan media karena terlihat di mana-mana tengah mengeruk parit atau membersihkan sampah yang menyumbat selokan.
Suka tidak suka dan mau tidak mau, publik pun mengakui kontribusi Ahok menjadikan sungai Jakarta bersih seperti saat ini. Pemandangan tersebut tak pernah bisa ditemui pada zaman gubernur sebelumnya.
Nah ketika Anies melontarkan pernyataan sungai bersih karena Foke, pengetahuan yang sudah diakui umum pun seolah terbalik. Argumentasi yang disampaikan Anies rupanya tak cukup kuat. Ini malah jadi bumerang baginya.
Ahok menjawab pernyataan Anies dengan halus tapi begitu menohok. Jika Anies mau lebih rajin, kata Ahok, ia bisa mencari informasinya di Google. Jika kata kunci: "Jakarta bersih karena Foke" dimasukkan akan muncul saran: "Mungkin maksud Anda adalah: Jakarta bersih karena Ahok."
Ternyata Google mengganti Foke dengan Ahok untuk semua kata kunci yang berkaitan dengan bersih karena Foke. Bukan cuma Jakarta, jika Anda mengetikkan kata kunci lain misalnya Amerika Serikat bersih karena Foke. Maka akan muncul saran Amerika Serikat bersih karena Ahok.
Atau sebaliknya jika dibikin kalimat negatif misalnya: Jakarta tidak bersih karena Foke, maka akan muncul saran Jakarta tidak bersih karena Ahok. Lah lo?
Hal kecil tapi menggelitik. Kenapa Google bisa mengganti Foke dengan Ahok? Adakah konspirasi Ahok dan Google dalam penelusuran kata kunci tersebut? Apakah Ahok beriklan di Google?
Mengenal Algoritma GoogleProducts Communications Lead Google Indonesia Putri Silalahi kepada BBC Indonesia menjelaskan hasil penelusuran Google yang tengah menjadi perbincangan masyarakat ini.
Singkatnya, menurut penjelasan Putri, ketika ada yang memasukkan kata kunci ke mesin pencari, Google akan mendatangi sejumlah situs secara sistematis baik blog, berita atau situs yang sudah terindeks.
Dalam hal ini, mesin mencari konten yang paling banyak ditulis dan diklik pengguna. Hal tersebut menentukan relevansi.
Dalam kasus "....bersih karena Foke", algoritma Google membadingkan 'foke" dengan "ahok" sebagai dua kata kunci berdekatan karena keduanya pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Namun untuk kata kunci "bersih karena" lebih sering dikaitkan dengan "ahok". Akhirnya, fitur saran otomatis dari Google menyarankan: "Mungkin maksud Anda bersih kaena Ahok". Hal tersebut murni machine learning.
Wartawan senior Kompas Tekno Oik Yusuf mencoba menjelaskan lewat tulisannya "Menelisik Alasan Google Ubah Foke Jadi Ahok di Sungai Bersih Jakarta".
Google membangun database besar lewat proses crwling dan indexing. Crawling adalah mencari dan mencatat data dengan menggunakan Googlebot. Googlebot menggunakan proses algoritmik seperti situs mana yang dikunjungi, sebesar sering dan berapa banyak data situs.
Laman-laman web yang dikumpulkan Googlebot kemudian dikumpulkan dan diatur melalui proses indexing. Fungsinya mirip bagian index buku, yakni mencatat informasi tentang setiap kata, judul dan hal-hal lain berikut lokasinya.
Google juga mengatur indeks laman web berdasarkan jenis konten. Dengan demikian, ketika ada pencarian kata kunci tertentu, google akan menyajikan data yang sudah ada di database index. Database Google sendiri sudah mengindeks 60 triliun situs web dengan ukuran file 100 juta gigabyte.
Hasil dari penelusuran Google terhadap kata kunci tertentu merupakan hasil dari proses filter yang dilakukan dari database dengan mengacu lebih dari 200 kriteria seperti tingkat kebaruan, kualitas situs, jumlah tautan dari situs lain yang terhubung, serta kesesuaian dengan konteks permintan pengguna. Proses tersebut sangat cepat, hanya berlangsung 1/8 detik sejak tombol enter ditekan.
Fitur pemberian saran berupa kata kunci alternatif atau saran pengejaan (spelling suggestion) telah diimplemetasikan sejak lama oleh Google. Saran biasanya dimulai dengan pertanyaan “Did you mean?” atau “Mungkin maksud Anda?” di bagian atas laman hasil pencarian.
Mengenai saran Google yang mengganti Foke dengan Ahok dilakukan untuk mempermudah pengguna sekaligus menyodorkan hasil yang lebih sesuai. Terkait kata kunci "sungai bersih karena Foke", Google menganggap kata kunci "sungai bersih karena Ahok" lebih populer.
Lihat saja, data Google memperlihatkan "sungai bersih karena Foke" memberikan hasil 199.000 hasil pencarian. Sedangkan "sungai bersih karena Ahok" sebanyak 844.000 hasil pencarian.
Algoritma Google inilah yang dipelajari para pakar search engine optimization (SEO) agar situs web mereka berada di urutan pertama hasil pencarian Google. Di internet, penguasaan SEO sangat menentukan sebuah kesuksesan bisnis online yang dijalankan.
Setidaknya dengan kasus "sungai bersih karena Ahok", orang-orang semakin mengenal mesin pencari dan SEO.