Setelah diakuisisi oleh Google sekitar tiga tahun lalu, aplikasi peta dan GPS bernama Waze berkembang pesat. Yang tebaru, Waze meluncurkan aplikasi berbagi tumpangan atau ride sharing. Konsep aplikasi ini hampir sama dengan aplikasi komunitas Nebengers yang sudah berkembang pesat di Jakarta dan kota besar lain di Indonesia.
Waze belum menjelaskan secara rinci, konsep dan pengembangan aplikasi ini. Namun aplikasi yang bakal menyandang nama Waze Rider ini sudah bisa diujicoba di Fransisco Amerika Serikat.
Keberadaan Waze Rider bisa jadi mengancam eksistensi taksi online seperti Uber, Grab dan Go-Car yang saat ini berkembang pesat. Waze Rider memang memberlakukan sistem pembayaran bagi penumpang. Namun biayanya sangat kecil karena tujuan dari Waze Rider adalah untuk membangun komunitas Waze agar bisa saling membantu.
Mengacu pada implementasi Waze Rider di Amerika Serikat, tarif menggunakan Waze Rider hanya sebesar US$ 0,54 atau sekitar Rp 7 ribu. per mil atau 1,5 kilometer. Tarif tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan Uber yang mematok tarif perjalanan senilai US$ 1,30 per mil atau setara Rp 16 ribu.
Dengan melihat penawaran yang diberikan oleh Waze Rider, aplikasi ini memang bukan bertujuan untuk meraih pendapatan yang melimpah atau menjadi pekerjaan utama seseorang. Konsep komunitas yang ingin dibangung mirip dengan Nebengers dan TemanJalan di Indonesia.
Orang-orang yang memiliki mobil dan tersedia kursi kosong untuk penumpang dapat menawarkannya kepada komunitas. Mereka yang membutuhkan tumpangan bisa mendaftar dan menumpang mobil yang menawarkan tumpang tersebut.
Agar bisa menumpang, seseorang harus memiliki tujuan perjalanan yang sama dengan pemilik mobil. Tidak ada biaya khusus seperti taksi yang diterapkan pada komunitas Nebengers atau TemanJalan. Seringkali, penumpang hanya diminta membayar tiket jalan tol dan sebagian uang bensin.
Konsep berbagi tumpang itu dapat menguntungkan kedua belah pihak. Pemilik kendaraan mendapatkan teman selama perjalanan dan sedikit bisa berhemat karena mengurangi uang bensin dan biaya jalan tol.
Bagi penumpang, ia bisa mendapatkan tumpangan yang nyaman dengan biaya yang sangat rendah. Di daerah perkotaan yang rawan macet seperti Jakarta, konsep berbagi ini juga bisa mengurangi kemacetan. Dengan asumsi, orang mengurangi penggunaan kendaraan karena sudah menumpang kendaraan orang lain.
Konsep yang dibangun oleh Waze Rider juga serupa. Namun dalam komunitas Waze Rider ini, seseorang yang memiliki kendaraan harus mendaftar secara resmi. Tapi jangan dibayangkan proses pendaftaran pengemudi Waze Rider akan serumit Uber atau Grab.
Untuk mendaftar Waze Rider, Anda tak perlu melampirkan asuransi, pemeriksaan mobil yang akan dikendarai dan sebagainya. Prosesnya dijamin akan lebih mudah. Selanjutnya pengemudi Waze Rider harus mencantumkan jadwal perjalanan yang rutin dilakukan dan destinasinya.
Sedangkan bagi penumpang yang memanfaatkan komunitas ini tentu saja harus memiliki tujuan yang sama dengan pengemudi Waze Rider. Karena konsepnya berbagi, jadi pengemudi tidak akan melakukan penjemputan seperti taksi online.
Waze Rider belum mengumumkan waktu peluncuran aplikasinya secara global. Yang pasti, aplikasi ini akan membangun komunitas dengan memanfaatkan pengguna aplikasi peta Waze yang jumlahnya mencapai 100 juta hingga 500 juta di seluruh dunia.
Di Indonesia, aplikasi Waze juga sangat populer. Selain Google Maps, Waze telah menjadi alternatif utama orang untuk mencari peta petunjuk perjalanan dan GPS. Dengan demikian, kehadiran Waze Rider diprediksi tak akan membutuhkan waktu lama untuk menjadi populer.
Selama ini, Waze dikenal sebagai aplikasi berbasis lalu lintas dan navigasi dengan kemampuan yang akurat. Selain memberikan visualisasi peta dan lalu lintas, Waze jga memberikan laporan secara aktif gangguan perjalanan yang terjadi seperti kemacetan dan kecelakaan yang terjadi di jalur yang akan dilewati. Dengan demikian pengemudi kendaraan dapat mencari alternatif rute yang lain.
Waze juga memberikan pentunjuk tempat-tempat penting yang akan dilewati sepanjang perjalanan seperti spbu, hotel, restoran, rumah sakit, rest area, tempat ibadah dan lain-lain.