Produsen smartphone asal China Xiaomi menjadi salah satu fenomena di industri smartphone dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun terbilang merk baru, Xiaomi langsung merajai pasar pada awal-awal peluncurannya. Xiaomi juga menjadi salah satu perusahaan start-up paling bernilai di dunia.
Saya sendiri menjadi salah satu yang ikut berjibaku memburu produk murah namun berkualitas ini. Sekitar dua atau tiga tahun lalu, misalnya, saat produk Xiaomi masih dijual ekslusif di toko online Lazada, lelang yang digelar selalu mencatatkan sukses besar. Bayangkan saja, hanya dalam waktu satu jam, 40.000 unit Xiaomi terbaru terjual.
Saat itu, Xiaomi juga sempat menduduki lima merk smartphone terlaris di dunia bersaing dengan Apple, Samsung dan produsen lain yang sudah lebih dulu eksis. Keunggulan Xiaomi terletak pada harga yang murah, tapi spesifikasi dan kualitas mumpuni. Tentu saja, Xiaomi menjadi pukulan telak bagi smarphone lain.
Cara pemasarannya pun tidak menggunakan cara konvensional. Tapi berbasis penjualan online. Hal tersebut diklaim dapat memangkas biaya untuk promosi, biaya sewa toko dan biaya-biaya operasional lainnya.
Kehadiran Xiaomi juga menampik anggapan bahwa semua ponsel merek China jelek. Pasalnya, produk Xiaomi menggunakan material dan komponen yang berkelas dan sebagian besar menggunakan komponen yang sama dengan merk lain seperti Samsung.
Mau tidak mau harus diakui, kehadiran Xiaomi menghadirkan persaingan baru di bisnis ponsel. Sejak munculnya Xiaomi era smarphone murah dengan spesifikasi tinggi dimulai. Produsen seperti Asus, Lenovo, LG dan lain-lain ikut mengusung ponsel dengan spesifikasi tinggi, namun harganya bersaing.
Alhasil, ponsel-ponsel murah dengan kualitas murahan pun tergusur. Sejak saat itu, merk-merk ponsel China yang beredar di pasar menyusut. Pilihannya sederhana, jika ada yang murah tapi berkualitas, kenapa harus membeli yang murahan.
Meskipun popularitas Xiaomi tak lagi semegah beberapa tahun lalu, tapi harus diakui Xiaomi masih cukup berjaya di pasar. Saat ini, Xiaomi memang sudah terlempar dari posisi lima besar merk terlaris.
Namun, persoalannya adalah perubahan strategi pemasaran yang dilakukan Xiaomi sehingga penjualan ponsel ini tidak tercatat secara jelas. Xiaomi lebih banyak bermain di ranah black market.
Contohnya, ponsel ini tidak lagi diimpor secara resmi oleh Indonesia. Tapi faktanya, Anda tidak akan kesulitan mencari ponsel Xiaomi terbaru di toko online dan gerai ponsel di Mangga Dua, Glodok, Mega Kuningan dan tempat-tempat lain.
Perusahaan start-up ini didirikan pada tahun 2010. Sejak berdiri, perusahaan ini sangat cepat meraih popularitas tak hanya di China tapi juga negara-negara lain.
Semua orang mungkin sudah mengetahui kisah tersebut, tapi kali ini saya akan mengungkap fakta-fakta yang tak banyak diketahui.
1. Nama Xiaomi cukup misteriusSiapa bilang produsen China harus memiliki nama China? Nama "Xiaomi" adalah transposisi karakter China ke alfabet barat. Tentu saja interpretasi tentang nama Xiaomi pun jadi membingungkan.
Orang China misalnya, mengatakan, Xiaomi berasal dari dua karakter 小米 (Xiao dan Mi). Jika diartikan secara harfiah, maknanya berarti "sedikit millet" (millet adalah makanan dari jenis padi-padian) atau little rice.
Sedangkan logo Xiaomi menyerupai karakter Barat "mi". Dalam hal ini, Xiaomi ingin menghubungkan karakter China dengan huruf Latin sejak terbalik. Di sini terlihat simbol China untuk "Mi" seperti karakter yang berarti "hati".
2. Perusahaan Start-up yang sangat fenomenalTahun 2015 adalah titik perkembangan untuk Xiaomi sebagai sebuah perusahaan. Saat di Eropa (terutama di Berlin), sebuah perusahaan start-up hanya sebagai usaha kecil dengan sekitar 30 orang karyawan yang mencoba menciptakan nama mereka, Xiaomi adalah langkah maju yang berhasil melebihi Uber sebagai perusahaan start-up paling berharga di dunia.
Lihat saja, omset Xiaomi saat ini. Nilainya tidak kurang dari US$ 20 miliar.
Bahkan jika Uber telah menjadi perusahaan start-up nomor satu, Xiaomi menempati urutan kedua dengan nilai sekitar US$ 46 miliar, jauh melebihi AirBNB. Perusahaan ini juga terus tumbuh. Saat ini, Xiaomi mempekerjakan lebih dari 8.000 karyawan. Meskipun jumlah karyawannya masih kalah banyak dibandingkan dengan saingannya dari China Huawei yang memiliki 170.000 karyawan.
3. Bidang bisnis sangat bervariasiMemang tidak mengejutkan jika kita melihat raksasa seperti Sony, Huawei atau Samsung masuk ke berbagai sektor bisnis baru. Namun hal tersebut menjadi pemandangan menarik jika yang melakukannya adalah perusahaan start-up baru seperti Xiaomi.
Xiaomi terus melakukan diversifikasi bisnis. Produksi smartphone menjadi bisnis utamanya. Dengan harga murah, merk ini terus menarik hati para pembeli. Xiaomi, mengkhususkan diri dalam pembuatan perangkat elektronik: Smartphone, gelang pintar, tablet dan smart TV. Tapi Xiaomi juga memproduksi berbagai aksesoris, dari headphone hingga sepatu pintar.
Namun, kejutan sesungguhnya terletak di tempat lain. Xiaomi juga mengembangkan teknologi router, bantalan permainan dan bahkan drone.
4. Xiaomi mampu menarik orang-orang berpengalaman Memiliki koneksi yang benar selalu berguna dalam bisnis. Sebagai pendatang baru di pasar, Xiaomi perlu belajar dan mendapatkan saran dari orang-orang yang sudah berpengalaman.
Salah satu rekrutan terbaik dilakukan pada tahun 2013. Xiaomi berhasil menarik Hugo Barra, mantan product manager untuk Google (dan manajer pengembangan Android) untuk menjadi Wakil Presiden Xiaomi.
Selanjutnya pada tahun 2014, Xiaomi menyambut salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak. Menurut dia, Xiaomi telah menjadi produk bagus yang mampu menguasai pasar Amerika.
Pada kenyataannya, salah satu pendiri Xiaomi yang disebut "China Steve Jobs", adalah salah satu orang penting Google China dan juga mantan orang penting di Microsoft.
5. Xiaomi dituduh sebagai mata-mata ChinaSebagian dari Anda, mungkin pernah mendengar bahwa China cenderung melakukan aksi mata-mata atau spying dengan menggunakan ponsel mereka. Bukan hal yang tanpa dasar. Pada tahun 2014, spyware (spy software) terdeteksi pada catatan RedMi Xiaomi dan Xiaomi RedMi 1S, dan telah diaktifkan pada model yang dijual di China, Hong Kong dan Taiwan.
Pada tahun 2015 bisnis Jerman, G Data mengumumkan bahwa sudah menjadi hal yang umum untuk melihat spyware pada smartphone China. Hal tersebut mengkonfirmasikan hasil yang sudah tercatat di Star N9500. Tapi spyware bukan hal yang aneh. Bukankah Google juga tahu segala sesuatu tentang semua orang dari semua negara?